Alastogo: Buah Konflik Tanah TNI

Kekerasan kembali terjadi, korbannya warga kebanyakan dan pelakunya aparat TNI.Berita seperti ini seakan tak asing kita dengar. Namun, bila kekerasan itu berakhir dengan tercabut empat nyawa warga yang tak bersenjata, yang hanya terbiasa mengayuh pacul dilahan subur, atau ibu dan anak yang tengah berdekapan. Tentu peristiwa itu akan menjadi sorotan masyarakat, sebagai tragedi kemanusiaan. Tragedi Alastlogo, Pasuruan (30/05), kembali menghenyakan kita bahwa aparat kekerasan negara masih dengan enteng melepas peluru panas pada rakyatnya sendiri yang seharusnya dilindungi. Konflik antara warga Alastlogo dan pihak aparat TNI AU di Pasuruan ini bukan kali pertama yang memakan korban. Persoalan tanah sengketa menjadi cerita lama yangterulang. Cerita bagaimana aparat merasa berhak atas sejumlah hektar tanah yang sudah lama menjadi tempat rakyat menyadarkan keberlangsungan hidupnya. Ini bukankali pertama, karena di sejumlah wilayah, konflik memperebutkan tanah juga terjadi. Buntutnya, jiwa-jiwa rakyat kecil harus melayang ketika senapan dan kekerasan menjadi pilihan yang dilakukan oleh aparat. Tragedi Alastlogo menjadi bahasan utama dalambuletin edisi kali ini. unduh buletin.