KONTRAS DAN FARIDA RAIH YAP THIAM HIEN AWARD ’98

Jakarta, Kompas
Komisi Nasional untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) serta aktivis hak asasi manusia (HAM) Daerah Istimewa (DI) Aceh, Farida Hariyani, dinyatakan sebagai peraih Yap Thiam Hien Award untuk tahun 1998. Penghargaan bagi pejuang HAM itu diberikan Yayasan Pusat Pendidikan HAM (Yapusham). Award bagi keduanya akan diserahkan di Hotel Santika, Jakarta, 10 Desember mendatang.

Dr Daniel Dhakidae dan Dr Todung Mulya Lubis dari Yapusham, Jumat (4/12) sore di Jakarta menjelaskan, Kontras dan Farida Hariyani layak mendapat Yap Thiam Hien Award karena perjuangannya yang luar biasa untuk menegakkan HAM. Keduanya menyisihkan tujuh calon lain yang dijaring dari masukan publik yang berasal dari 27 propinsi.

Juri Yap Thiam Hien Award tahun 1998 terdiri atas Prof Mardjono Reksodiputro, Dr KH Said Aqil Siradj, Dr Mely G Tan, YB Mangunwijaya, dan Harjono Tjitrosubono. Menurut Said Aqil, Ketua Tanfidziah Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdurrahman Wahid yang diberi tahu nama pemenang Yap Thiam Hien Award 1998, langsung mendukungnya. "Gus Dur menyatakan keduanya memang layak diberi penghargaan. Bahkan Gus Dur juga mendoakan agar Kontras dan Farida semakin kukuh membela HAM warga yang tersisih," jelas Khatib Aam PBNU tersebut.

Said mengakui, Kontras dan Munir – Koordinator Badan Pekerja, memang tidak bisa dipisahkan. "Kontras dan Munir serta Farida tidak mempedulikan jiwanya sendiri untuk memperjuangkan HAM. Padahal saat ini nyawa begitu murah di negeri ini. Mereka menunjukkan tak kalut, walaupun banyak orang sedang kalut untuk mencari keselamatan diri," paparnya lagi.

Mely G Tan menambahkan, pekerjaan yang dilakukan Farida dengan mencari korban pelanggaran HAM oleh militer di Aceh, amat berbahaya. "Sekalipun mendapat tentangan dari keluarga, Farida yang masih muda tetap melanjutkan pekerjaannya. Ia pun memperhatikan janda dan anak korban Daerah Operasi Militer (DOM). Pekerjaan ini dilakukan dalam waktu yang lama, jauh dari publikasi, sehingga Farida memang pantas diberi penghargaan," tutur peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut.

Menurut Mulya Lubis, dengan perjuangan yang tiada henti Kontras mampu membawa masyarakat pada pemahaman tentang aparat, termasuk kalangan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat yang terlibat dalam pelanggaran HAM. Kontras mampu mendorong perlawanan terhadap state violence (kekerasan oleh negara).

Yap Thiam Hien Award diberikan setiap tahun. Namun tahun lalu, kata Daniel Dhakidae, penghargaan ini tidak diberikan. Bukan karena tak ada pejuang HAM yang layak menerima, tetapi karena ada persoalan intern di Yapusham. Penerima Yap Thiam Hien Award yang terakhir (1996) adalah Sandyawan Sumardi SJ. (tra)