Refleksi 8 Tahun Kontras

Press Release
Refleksi 8 Tahun KontraS
PENEGAKAN HAM MASIH PERLU WAKTU LEBIH PANJANG
20 Maret 1998 †20 Maret 2006

Hari ini, 20 Maret 2006, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan mangadakan acara peringatan hari lahirnya yang ke-8 tahun, yakni sejak 20 maret 1998. Peringatan dilakukan dengan acara pembacaan doa, pemotongan nasi tumpeng, serta diskusi refleksi 8 tahun KontraS dan penegakan HAM yang diselingi piano-nyayian (Asfin LBH Jakarta) dan puisi (Tuti Kotto).

Pembacan doa semula akan dipimpin oleh Prof. Dr. Nazaruddin Umar, namun berhalangan hadir. Pembukaan acara sekaligus pemotongan nasi tumpeng dilakukan oleh Ibrahim Zakir selaku Ketua Perkumpulan KontraS. Diskusi akan menghadirkan MM Billah, salah seorang pendiri Kontras / Komnas HAM, Robertus Robert (YLBHI/P2D), serta Stanley (AJI/ISAI).

Khusus untuk diskusi, ketiga pembicara dipilih karena pertimbangan tertentu; MM Billah adalah pendiri Kontras, diharapkan dapat menguraikan hambatan dan tantangan organisasi di masa depan paska 8 tahun; R. Robert yang juga ikut mendirikan KontraS diharapkan memberikan refleksi konteks sosial dan politik masa Soeharto-disekitar saat pembentukkan Kontras-dengan kondisi sosial dan politik saat ini, setalah melewati pergantian pimpinan formal pemerintahan lima kali dari Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Dari refleksi sepanjang delapan tahun, Kontras ingin menyampaikan bahwa penegakan hukum dan HAM di Indonesia masih memerlukan waktu yang lebih panjang dan dukungan yang meluas dari seluruh lapisan masyarakat. Tanpa dua syarat tersebut, mustahil penegakan hukum dan HAM yang ideal dapat tercapai.

Delapan tahun berjalan, legislasi baru politik, hukum dan HAM telah dibuat, institusi demokrasi dibangun, pemimpin politik berganti, naum kekerasan dan pealanggaran HAM masih terjadi. Pada tingkat tertentu malah amat mengkhawatirkan; operasi militer di Aceh baru berhenti pada Agustus 2005, itu pun karena diterjang tsunamil kondisi HAM di Papua belum beranjak baik dan kerap memanas, pertikaian sosial atas nama SARA sempat menggoncangkan kebangsaan Indonesia, di Poso & Palu pembunuhan misterius era orde baru terjadi tanpa bisa dicegah, dan akuntabilitas kekerasan masa lalu direspon secara parsial dan tidak menyeluruh, yang ironi, kasus orang hillang hingga kini belum juga diakui dan diselesaikan secara maksimal.

Pada hari ini, KontraS ingin menyampaikan terima kasih semua pihak yang mtelah membantu khususnya pers. Kita memang lelah dengan kekerasan. Namun perjuangan untuk mengakhirinya belum berakhir. Karena itu dengan dukungan pers, dan seluruh lapisan masyarakat, kita tidak akan berhenti untuk melawan segala bentuk kekerasan.

Jakarta , 20 Maret 2006

 

Usman Hamid
Koordinator