Presiden Bantah Hanya Berwacana dan Beretorika

Gorontalo, Kompas – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintahan yang dipimpinnya selama ini tidak hanya berwacana, apalagi sekadar beretorika. Pemerintah justru telah membuktikan komitmennya bagi peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia. Pemerintah juga sangat bertanggung jawab dan melakukan langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian serta sejumlah langkah lainnya yang konkret.

"Jadi, bukan sekadar berwacana, apalagi retorika," ujar Presiden Yudhoyono saat mengawali sambutan sebelum melakukan panen raya dan menanam padi hibrida di Desa Pulubula, Kota Gorontalo, Senin(15/1).

Sebagai contoh, kata Presiden, pemerintah telah memberikan bantuan kepada petani untuk mengatasi hama dan pemberian bibit hingga lahan. Bahkan, pemerintah juga memikirkan dan melindungi petani jika harga beras sedang anjlok serta hal lainnya.

"Pemerintah juga telah berhasil memperjuangkan dalam forum perdagangan dunia (WTO) sehingga empat komoditas pertanian, yaitu beras, jagung, kedelai, dan tebu, sebagai produk khusus yang dilindungi untuk kepentingan petani kita," tambah Presiden.

Aksi nyata

Dihubungi terpisah, mantan calon anggota Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), Fadjroel Rachman, menilai pernyataan Presiden bahwa dirinya tidak sedang berwacana justru menunjukkan Presiden sedang berwacana. Bagi Fadjroel, di bidang hak asasi manusia, Presiden memang gemar berwacana.

"Buktinya, dalam pidato tahunan di DPR, Presiden bilang KKR segera terbentuk, tetapi sampai Mahkamah Konstitusi menyatakan UU KKR tidak konstitusional, 42 nama calon anggota KKR itu tak segera disampaikan Presiden ke DPR. Apa itu bukan sekadar wacana," katanya.

Bagi Fadjroel, langkah nyata diperlukan, misalnya dalam pengungkapan kasus Munir dan soal penculikan tahun 1998. (har/bdm)