18 Tahun Kasus Talangsari:YLBHI-Kontras Gelar Takbir Akbar

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) LBH Bandar Lampung bekerja sama dengan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan Komite Solidaritas untuk Kasus Munir (Kasum) akan menggelar tablig akbar memperingati 18 tahun peristiwa Talangsari di Lapangan Sidoarjo, Lampung Timur, Kamis (8-2).

"Tablig akbar bertujuan mengikis image buruk dan kurang bersahabat dari masyarakat serta pelurusan sejarah," kata perwakilan Kontras Chrisbiantoro saat berkunjung ke Kantor Redaksi Lampung Post, Senin (5-2).

Turut hadir pula Rustam Nawawi (LBH Bandar Lampung), Paul (GMNI UKI), Fuad (LBH Bandar Lampung), serta korban Talangsari Azwar Kaili dan anaknya, Iwan.

Tujuan lain dari perhelatan tersebut guna memberikan dukungan dan simpati masyarakat untuk kasus Talangsari dan kasus Munir. Panitia juga berencana menggelar Diskusi Publik bertema 18 Tahun Tragedi Talangsari Lampung 1989 dan Refleksi Penegakan HAM di Indonesia.

Beberapa tokoh penting akan menghadiri acara tersebut, seperti Usman Hamid (Kontras), Nursjahbani Katjasungkana (Komisi III DPR), Daironi Ali (Komisi A DPRD Lampung), Suciwati (istri alm. Munir), Amaluddin (Direktur LBH Bandar Lampung).

Nursjahbani akan berbicara tentang respons negara dalam penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM berat. Usman berbicara tentang perjalanan advokasi kedua kasus tersebut dan dukungan politik.

Suciwati akan berbicara tentang Munir sebagai sosok pejuang HAM. Amaluddin berbicara tentang pelibatan publik dalam upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM Talangsari, serta perwakilan korban Talangsari.n ANI/K-1

Sementara itu Rustam mengatakan hingga saat ini belum ada hasil akhir dari berbagai proses penyelidikan tentang kasus Talangsari. Dia berharap melalui acara tersebut akan mendapatkan perhatian dan keterlibatan lebih jauh dari negara, baik di tingkat daerah maupun pusat.

Kendati tidak ada hambatan dari pemerintah daerah selama mengurus administrasi, korban Talangsari Azwar mengatakan hingga dua bulan terakhir warga Talangsari kerap didatangi aparat jika menggelar pengajian.

Dia juga menceritakan hingga saat ini putranya yang bernama Marsito belum kembali hingga saat ini sejak peristiwa Talangsari terjadi. "Saat itu Marsito baru berusia 11 tahun dan pamit untuk mengikuti pengajian," katanya. n ANI/K-1