Komitmen Presiden Kembali Ditagih

"Singkirkan duri dari dalam daging institusi BIN."

JAKARTA — Setelah tiga tahun berlalu, komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali ditagih untuk menuntaskan pengungkapan kasus pembunuhan Munir. Inilah salah satu poin yang menjadi tuntutan berbagai elemen masyarakat yang kemarin memperingati hari kematian aktivis hak asasi manusia itu di berbagai kota.

Di Jakarta, peringatan dilakukan oleh ratusan orang yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas untuk Munir dan Demokrasi. Mereka menggelar aksi di depan Istana Merdeka hingga sore hari, setelah sebelumnya mendatangi kantor Badan Intelijen Negara di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.

"Kami berharap Istana mampu membongkar kejahatan pembunuhan Munir," kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Usman Hamid, yang memimpin aksi.

Dalam aksi di kantor Badan Intelijen, istri Munir, Suciwati, mencoba menyerahkan sebuah karangan bunga kepada Kepala BIN Syamsir Siregar. Karangan bunga dimaksudkan sebagai wujud dukungan terhadap keseriusan Syamsir membersihkan institusi telik sandi itu dari para pelaku pembunuhan Munir.

"Kami tidak bermaksud mengoyak-ngoyak lembaga ini," kata Suciwati. Tapi upayanya sia-sia, karena tak satu pun pejabat BIN yang bersedia menerima karangan bunga tersebut.

Para peserta aksi juga membawa serta foto beberapa pejabat dan mantan pejabat BIN, antara lain mantan Kepala BIN Hendropriyono, mantan Wakil Kepala BIN M. As’ad, mantan Deputi Penggalangan Muchdi Pr., dan agen BIN Sentot Waluyo. Para demonstran mendesak agar para pejabat itu diserahkan ke pengadilan untuk diproses terkait dengan kasus ini. "Singkirkan duri dalam daging institusi ini," kata Usman.

Ratusan polisi antihuru-hara dengan peralatan lengkap mengawal ketat aksi ini, sementara penjagaan kantor BIN dilakukan oleh para petugas pengamanan internal. Tak hanya oleh petugas resmi, pengawalan bahkan dilakukan sejak iring-iringan rombongan aksi berangkat dari Tugu Proklamasi di wilayah Menteng oleh orang-orang yang mengaku dari Forum Betawi Rempug.

Di Surabaya, peringatan kematian Munir dilakukan oleh puluhan aktivis dengan melakukan aksi diam di depan Gedung Negara Grahadi. Para peserta aksi yang sebagian besar mengenakan baju hitam itu mendesak agar negara serius dan berani menuntut para pembunuh Munir. "Ada permainan intelijen di balik kasus ini," kata koordinator aksi, M. Saiful Aris.

Di kampung halaman Munir, peringatan kematiannya diadakan oleh para siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 4, Kota Batu, Jawa Timur, dengan melakukan upacara penurunan bendera menjadi setengah tiang di halaman sekolah mereka. "Kami ingin pembunuhnya cepat ditangkap," kata Farida, salah seorang guru SD tempat Munir dulu belajar itu.

Berlatar belakang foto Munir berukuran besar, plus tanda nomor penerbangan Garuda GA-974 tertanggal 7 September 2004, para siswa kemudian membacakan puisi tentang perjuangan Munir. Aksi juga diisi dengan menulis surat bersama kepada Presiden Yudhoyono berisi permintaan agar serius mengungkap konspirasi pembunuhan Munir. EKO ARI | FANNY | BIBIN | SUNUDYANTORO