Semangat Perjuangan Munir Harus Dihidupkan

Laporan Wartawan Kompas Erwin Edhi Prasetyo

YOGYAKARTA, KOMPAS- Menghidupkan cita-cita dan semangat perjuangan hak asasi manusia seperti yang dilakukan almarhum Munir dalam setiap bentuk praksis keseharian manusia adalah tantangan yang harus diwujudkan setiap umat beragama, dan utamanya adalah para agamawan. Para agamawan diharapkan lebih aktif membela secara nyata nilai-nilai kemanusiaan.

Hal itu terungkap dalam diskusi bertema “Kepedulian Umat Beragama atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia : Perhatian terhadap Kasus Munir”, yang digelar Institut Dialog Antar-Iman di Indonesia/Institute for Inter-faith Dialogue in Indonesia (Dian/Interfidei) bekerja sama dengan Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (Pusham UII), Jumat (28/9) di kantor Dian/Interfidei. Hadir sebagai pembicara yakni Usman Hamid (Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan-Kontras) dan Eko Prasetyo (aktivis Pusham UII)
    
Usman menuturkan, inti dari seluruh tindakan Munir adalah soal kemanusiaan. Perjuangan nilai-nilai kemanusiaan tersebut, lanjutnya, juga misi seluruh masyarakat agama-agama. Karenanya, tantangan utama perjuangan HAM selain pengungkapan kasus pembunuhan Munir, adalah mewujudkan misi tersebut. “Dia tidak hanya dalam tataran ide soal kemanusiaan, namun juga praksis,” katanya.

Menurut Usman, saat ini sudah waktunya untuk memikirkan alternatif baru dari perjuangan hak asasi manusia yang tidak terjebak pada hal-hal yang bersifat formalistik. Diungkapkan, terungkapnya aktor utama pembunuhan Munir, adalah jaminan penting bagi perjuangan penegakan HAM, ketimbang misalnya membuat undang-undang tentang perlindungan aktivisi maupun ratifikasi HAM.

“Sebab dengan begitu, orang akan berpikir dua kali untuk melakukan pembunuhan. Kalau seluruh pelaku dihukum, ini bisa menjadi tekanan agar yang lain tidak melakukan hal yang sama melakukan pelanggaran HAM,” ujarnya.

Eko mengungkapkan, kaum agamawan dituntut bertindak konkrit sekaligus harus membangun taktik baru dalam menjalankan perannya, yaitu melindungi derajat kemanusiaan. Sayangnya, ungkap Eko, gerakan keagamanaan yang dominan muncul saat ini tidak bisa diharapkan melakukan pembelaan nilai-nilai kemanusiaan.

“Gerakan agama harus didorong untuk mendukung perlawanan atas tindakan-tindakan yang mencederai kemanusiaan, ia harus menyentuh pada tingkat praktik. Perlu ada cara baru berdakwah,” katanya.