Tidak Ada Rekonsiliasi bagi Pelaku Penculikan

VHRmedia, Jakarta – Ibu-ibu korban penculikan selama pemerintahan diktator militer Argentina Jorge Rafael Videla bertemu dengan para keluarga korban penculikan aktivis di Indonesia, Senin (20/4). Mereka meminta keluarga korban penculikan meneruskan perjuangan mengungkap kasus ini.

Lydia Taty Almeida, anggota Madres de Plaza de Mayo (para ibu korban penculikan di Argentina) mengatakan, dirinya tidak akan melakukan rekonsiliasi dengan para pelaku penculikan anaknya. Padahal para pelaku sebagian besar telah dipenjara seumur hidup.

Menurut Taty Almeida, perjuangan para keluarga korban penculikan mendesak pemerintah Indonesia mengungkap kasus ini serupa dengan perjuangan para ibu keluarga korban penculikan di Argentina.

Taty Almeida yang kini berusia 80 tahun mengatakan, sebelum para pelaku penculikan diadili, anggota Madres de Plaza de Mayo, setiap Kamis melakukan aksi jalan kaki mengelilingi Plaza de Mayo, Buenos Aires. Aksi yang dipelopori Esther Ballestrino de Careaga, Maria Ponce de Bianco, dan Azucena Villaflor de De Vincenti ini semula dilarang polisi. Polisi mengizinkan ibu-ibu berdemonstrasi, namun melarang mereka berhenti berjalan di depan gedung pemerintahan, selama 2 jam aksi berjalan mengelilingi Plaza de Mayo.

Perjuangan itu kemudian disambut para ibu keluarga korban penculikan rezim militer Jorge Rafael Videla. ”Kami tidak mengampuni dan tidak mau rekonsiliasi. Yang dapat mengampuni mereka (pelaku) adalah anak-anak kami, dan anak kami sudah tiada,” kata Taty Almeida di kantor Kontras, Jakarta.

Anak-anak muda Argentina itu diculik karena menuntut keadilan bagi rakyat. “Jangan hilang harapan. Kami jauh di sana, dan kalian di sini. Kita bersama dalam perjuangan. Kami sudah 32 tahun. Perjuangan di sini baru 10 tahun. Semoga perjuangan tetap berjalan dan jangan kehilangan harapan. Berjuang bersama, jangan sendiri,” ujar Taty Almeida kepada keluarga korban penculikan aktivis.

Wanmayetti, anak korban penculikan Tanjung Priok, mengatakan di Indonesia masih terjadi praktik impunitas terhadap para pelaku pelanggaran HAM. “Perjuangan kami ternyata tidak sendiri. Meski berbeda negara, banyak yang senasib seperti kami. Kami tidak akan berhenti memperjuangkan hak kami,” katanya.

Asociación Madres de Plaza de Mayo atau Mothers of the Plaza de Mayo adalah perkumpulan para ibu di Argentina yang anaknya menjadi korban penculikan selama pemerintahan diktator militer Jorge Rafael Videla, tahun 1976 – 1983. (E1)