2 Brimob Tertembak di Papua

JAKARTA(SI)- Lima anggota polisi dilaporkan mengalami luka dalam insiden baku tembak yang kembali terjadi di dekat pertambangan PT Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua kemarin.

Informasi sementara yang diterima Seputar Indonesia semalam, dari lima anggota polisi yang mengalami luka, dua kerena tertembak. Sedangkan tiga polisi lainnya mengalami luka patah kaki dan tangan akibat terjatuh saat menyelamatkan diri. Kelima anggota kepolisian tersebut telah dilarikan kerumah sakit terdekat.

Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak yang dihubungi semalam mengatakan, baku tembak antara polisi dan kelompok bersenjata terjadi di Mile 54, PT Freeport Indonesia.Namun begitu, Sulistiyo mengaku belum mendapatkan kabar secara rinci terkait kejadian tersebut.

“Kita belum tahu apakah mereka (korban) adalah anggota Brimob, Densus 88, atau anggota Samapta Polda Papua,” katanya. Yang jelas aku dia, kejadian tersebut sekitar pukul 12.10 WIT. “Mereka (anggota polisi) diserang saat sedang berpatroli,” terangnya. Meski telah berulang kali mendapatkan serangan dari kelompok bersenjata, sampai saat ini polisi belum bisa mengidentifikasi pelaku penyerangan.

Padahal TNI telah menyatakan ada dugaan kuat keterlibatan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam kasus ini. Sumber yang dikutif AFP menyatakan, dalam insiden kemarin satu di antara polisi yang tertembak terkena di bagian perut. Aksi penembakan terjadi saat polisi melakukan patroli terkait kunjungan petinggi Freeport.

Insiden terjadi di jalur yang menghubungkan kota Timika dengan pertambangan Grasberg sekira 60 kilometer di sebelah utara. Aksi tembak terjadi setelah perusahaan pertambangan penyumbang pajak terbesar di Indonesia itu,mengumumkan libur bagi ratusan pekerjanya.

Mereka diminta tidak keluar rumah untuk menjamin keamanan. Rentetan penyerangan yang dilakukan kelompok bersenja di Papua ini bermula sejak Sabtu (11/7) lalu, di mana seorang warga negara Australia bernama Drew Nicholas Grant yang juga karyawan PT PT Freeport tewas ditembak. Sejak itu, korban penembakan terus bertambah.

Satu hari setelah itu, mobil PT Freeport kembali ditembaki dan menewaskan dua petugas keamanan PT Freeport yaitu Markus Rante Alo dan Bripda Marson. Untuk menangani kasus ini Polri akan melakukan operasi khusus penumpasan kelompok separatis di Papua. Operasi ini terkait meningkatnya intensitas pergerakan kelompok separatis di kawasan tersebut.

Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak sore kemarin menyatakan, operasi khusus yang digelar Polri di Papua adalah untuk mengatasi eskalasi kerusuhan. Selain itu,operasi ini juga untuk menekan pergerakan kelompok separatis yang mulai mengkhawatirkan masyarakat Papua.

”Operasi ini akan dilakukan di seluruh Papua, dan akan melibatkan semua unsur kepolisian mulai dari tingkat Polsek hingga Polda,” katanya di Mabes Polri kemarin. Posisi Mabes Polri sendiri hanya melakukan back up dalam rangka operasi.Operasi meliputi 29 Polres di Polda Papua.

Namun, Sulistyo belum bisa menyampaikan pola dari operasi khusus tersebut. Ketika ditanya tentang adanya potensi gesekan dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri di Papua, Sulistyo mengatakan gesekan itu tidak ada. ”Itu tidak ada. Bukan masalah Polri pegang kendali. Kita laksanakan tugas dalam koridor dan payung hukum yang ada.Tugas Polri apa dan TNI apa.

Kalau ada dugaan-dugaan itu tidak bisa kita jadikan acuan. Yang jelas Polri sudah melaksanakan tugas sesuai koridor yang ada,”jelasnya. Menurut dia, kondisi geografis Papua menjadi salah satu kendala. Kelompok bersenjata yang melakukan penyerangan beberapa waktu lalu belum berhasil diidentifikasi.“

Faktor geografis menjadi tingkat kesulitan utama,” tukasnya. Koordinator Kontras Usman Hamid menyatakan, berulangnya insiden penembakan di kawasan operasional PT Freeport Indonesia sebagai bukti ketidakbecusan Polri dalam melakukan pengamanan. ”Ini akibat kurang becusnya pemerintah dalam mengamankan tambang Freeport,”tegas Usman di kantornya kemarin.

Kontras mencermati insiden penembakan ini tidak bermuatan politik, tapi lebih kepada ketidakprofesionalan aparat dalam menjaga keamanan. Sehingga Kontras menduga terjadinya perebutan aset sumber daya, yang memicu konflik di Freeport. Lebih lanjut, kekerasan ini dinilai Usman sangat serius, karena telah menewaskan warga sipil dan aparat.

Oleh karena itu, Usman meminta pemerintah untuk mengusut tuntas kasus ini. Saat ini Polri dibantu TNI masih melakukan penyisiran untuk mencari pelaku penyerangan di PT Freeport Indonesia, Tembagapura,Papua. (helmi syarif/ okezone)