Poster Polisi “Super Anggodo”

JAKARTA – Demonstrasi besar mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi dihelat di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (8/11). Sekitar dua ribu warga datang sejak pagi pukul 7. Rata-rata mereka mengenakan baju olahraga dan celana training. "Memang ini tajuknya senam sehat Indonesia anti korupsi," ujar salah satu koordinator aksi, Effendi Ghazali saat ditemui Jawa Pos sebelum naik panggung.
   
Menurut pakar komunikasi politik UI itu, gerakan cintai Indonesia cintai KPK (CICAK) diikuti oleh masyarakat di setiap level. "Tidak hanya facebookers. Lihat saja, pedagang asongan ikut senang, ibu rumah tangga bawa bayinya, muda-mudi sambil pacaran ikutan. Ini bukti bahwa gerakan ini adalah gerakan massa sipil yang populis," katanya.
   
Darimana dana untuk aksi itu? Ditanya soal duit, Effendi malah tersenyum. "Soal duit itu jadi propaganda orang-orang yang nggak suka dengan gerakan ini. Tanya saja teman-teman itu dibayar atau tidak," kata penggagas acara Republik Mimpi itu menunjuk artis-artis yang datang meramaikan acara.    
    
Presenter Indra Bekti pada wartawan menegaskan dirinya datang tanpa dibayar. "Murni mendukung KPK, murni dari hati," katanya. Hal yang sama disampaikan oleh personel Slank, musisi Erwin Gutawa, dan Franky Sahilatua.
    
Acara diisi dengan orasi dan bernyanyi lagu-lagu sindiran pada Polri. Salah satu lagu yang dijadikan lagu bersama adalah jingle KPK di Dadaku yang diplesetkan dari Garuda di Dadaku. Tim dari CICAK bahkan membawa laptop khusus untuk membagi-bagi ringtone itu bagi yang berminat download.
    
Saat Koordinator Kontras Usman Hamid berorasi, dua orang demonstran naik membawa poster polisi berwajah Anggodo. "Ayo kita lawan mafia-mafia hukum," teriak Usman. Disambut yel-yel kompak, "lawan, lawan,lawan."
    
Poster polisi Anggodo itu pun jadi bulan-bulanan demonstran. Mereka melempari poster yang dinamai Super Anggodo itu dengan botol air mineral kosong. "Bakar saja, bakar saja," teriak massa. Usman menenangkan demonstran. "Jangan dibakar, terlalu enak. Harusnya dihukum seumur hidup saja," teriak aktivis 98 itu. 
    
Hasrat demonstran untuk membakar akhirnya terlampiaskan dengan menyulut api pada boneka buaya besar berwarna hijau. Awalnya puluhan polisi dari Polres Jakarta Pusat hendak melarang. Namun, justru diteriaki oleh pendemo, "Buaya,Buaya,Buaya."
    
Karena tak ingin kisruh, polisi mengalah. Setelah boneka itu dibakar, mereka sibuk menyemprotkan tabung pemadam api. "Kita ini ngampet (menahan diri) Mas. Coba siapa yang nggak marah disebut buaya," ujar Bripka Soeparno, salah seorang polisi yuang ikuit mengamankan demo. 
    
Aksi berakhir sekitar pukul 10.30. Massa yang bubar dengan tertib membuat arus lalu lintas yang awalnya macet menjadi lancar. Sembari pulang, sebagian memborong kaos bertuliskan Cintai Indonesia Cintai KPK ( KPK). Penjual kaos CICAK pun laris manis. "Hari ini bawa 100 kaos laku semua. Ini Cuma iseng saja ambil dari teman di Rawamangun," kata Obi, salah seorang penjual kaos.(rdl/git)