Memaknai demonstrasi

Pernyataan Koordinator Kontras Usman Hadi sebagai salah satu penggerak aksi itu harus digarisbawahi. Aksi demonstrasi itu merupakan bentuk kritikan, bukan upaya untuk menjatuhkan pemerintahan SBY.

Kritik adalah bagian dari demokrasi, dan demonstrasi adalah salah satu cara dalam menyampaikan kritik.

Karena itu tak ada alasan bagi pemerintahan SBY untuk tidak memaknai kritik warganya itu secara positif. Pemaknaan yang hanya mungkin dilakukan hanya kalau pemerintah SBY mengakui kekurangannya.

SBY dan kabinetnya harus pertama-tama jujur mengakui bahwa 15 prioritas, 45 program, dan 129 rencana aksi yang dicanangkan sebagai program 100 hari itu belum dilaksanakan secara optimal. Belum ada tanda-tanda perbaikan infrastuktur yang fenomenal seperti yang dijanjikan pada awal kekuasaannya.

Boleh saja SBY berusaha membela dan menghibur diri bahwa sebagian besar program 100 hari itu telah tercapai. Namun, tidak pada tempatnya pemerintah menilai dirinya.

Biarkanlah masyarakat yang secara langsung merasakan manfaat dari program itu yang berbicara.

Bukankah selama 100 hari ini masyarakat lebih banyak menyaksikan kesibukan pemerintahan SBY bergumul dengan kasus Bank Century? Pemerintah sepertinya disandera kasus itu dan SBY belum berani merangsek lebih jauh ke arah penyelesaian hukum dan politik yang berani.

Ke depan, kasus Bank Century tetap akan menjadi kerikil tajam yang menghambat laju pemerintahan SBY. Karena itu, kemampuan SBY dalam melakukan komunikasi dengan mitra dan lawan politiknya guna menyelesaikan persoalan Century itu akan menentukan keberhasilan kabinetnya.

Sangatlah disayangkan kalau momentum pembangunan yang sangat kondusif itu menghilang secara sia-sia.

Banyak ekonom sepakat bahwa Indonesia bersama China dan India adalah tiga negara yang paling siap mengambil keuntungan apabila perekonomian global kembali menggeliat.

Geliat ekonomi global itu sudah di depan mata. Apalagi Indonesia memiliki tiga kekuatan utama yang bisa menggerakkan perekonomiannya, yaitu pasar domestik yang kuat, pembangunan infrastuktur yang gencar dan potensi komoditas yang besar.

Indikator perdagangan saham yang terus melaju selama ini dan penguatan nilai rupiah secara konsisten merupakan sinyal awal yang merespons prospek perekonomian tersebut.

Perhatikan saja apa yang terjadi kemarin ketika indeks harga saham gabungan (IHSG) melonjak 2,15% (55,01 poin) menjadi 2.619,57 di tengah aksi demonstrasi yang dilakukan ribuan orang itu. Rupiah pun naik ke level Rp9.355 per dolar AS.

Itulah sebabnya surat kabar ini kembali mengingatkan kabinet SBY-Boediono untuk bekerja secara maksimal. Aksi demonstrasi yang dilakukan kemarin mesti menjadi cemeti yang menyemangati kerja keras itu.