Struktur Polri Harus Dibenahi

Jakarta – 540 pendukung Petisi Keprihatinan mendesak Presiden SBY mencopot petinggi Polri yang terlibat praktik mafia hukum. Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mendukung upaya reformasi ini karena positif untuk perbaikan Korps Bhayangkara itu.

"Gerakan Petisi Keprihatinan ini positif untuk Polri, sasaran mereka kan untuk membantu presiden untuk perbaikan Polri. Itu wajar saja. Saya juga melihat upaya ini sudah mendesak dilakukan," ujar anggota Kompolnas, Novel Ali, Senin (23/8) pagi.

Menurut Novel, siapapun memiliki hak untuk merasa ambil bagian dalam perbaikan Polri. Polri pun diminta untuk menerima segala masukan yang disampaikan oleh masyarakat.

Untuk itu, Novel meyarankan agar Polri berinisiatif  mengajak dialog kepada para pihak yang meminta perbaikan di internal polri. "Polri sebaiknya mengambil inisiatif untuk dialog dengan masayarakat untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dari yang diharapkan masyarakat," imbaunya.

Sebelumnya pada Minggu (22/8) kemarin, 540 pendukung petisi mendesak Presiden SBY mencopot petinggi Polri yang terlibat praktik mafia hukum.

"Kami meminta kepada Presiden SBY untuk mengambil tindakan luar biasa, yang berani, tegas dan menyentuh akar persoalan untuk mencopot petinggi kepolisian yang terlibat praktik mafia peradilan dan rekayasa hukum," kata juru bicara petisi, Taufik Basari.

Taufik meminta presiden segera membersihkan tubuh Polri dan membenahi struktur Polri agar Indonesia mempunyai polisi yang jujur, profesional dan bertanggung jawab.

Mereka membentangkan spanduk ukuran 3×3 meter berwarna putih. Spanduk itu bergambar telapak tangan tanda berhenti dan tulisan, "Cukup sudah mafia hukum, mafia pajak, rekening gendut, dan rekayasa kasus, pembiaran kekerasan. Kembalikan negara hukum, selamatkan Polri."

Mereka juga menggalang dukungan lewat SMS, facebook dan twitter selama 5 hari ke depan.

"Untuk selanjutnya kita serahkan kepada Presiden SBY agar mendengar keluhan masyarakat," jelasnya.

Dalam aksinya tampak mantan pimpinan KPK Erry Riyana Hardjapamekas, Bambang Widodo Umar, Irman Putra Sidin dan Haris Azhar dari Kontras.

Dalam aksi ini, dipasang juga pohon harapan. Pohon ini adalah pohon imitasi setinggi 50 cm. Pohon ini pada batangnya digantung kertas-kertas kritikan dan harapan masyarakat terhadap Polri. Antara lain bertuliskan, "Pak polisi, jangan suka minta uang kami", "Kapolri harus berani berantas Markus di polisi", dan "Polisi kok korupsi?". sis,ins