SBY Pastikan Kirim Satu Nama Calon Kapolri ke DPR Awal Oktober

* Presiden : Tidak Ada Kekerabatan dengan Calon Kapolri
* Nanan Unggul di Pasar Taruhan, Selisih tipis Suara Timur dan Barat

Jakarta (SIB)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memastikan akan mengirimkan satu nama calon Kapolri kepada DPR pada awal Oktober. Namun sayangnya, SBY mau belum menyebut nama calon tersebut. Hanya saja calon pilihan itu dipilih berdasarkan pengajuan dari Polri.
“Saya akan pilih salah satu untuk diajukan ke DPR sebagai calon yang tepat,” kata SBY dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jl Medan Merdeka Utara, Rabu (29/9).
Dia menjelaskan, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri akan mengakhiri masa tugasnya pada akhir Oktober. “Mekanisme penggantian Kapolri berdasarkan UU dan sistem yang berlaku,” tambahnya.
SBY menambahkan, sebelum memtuskan, sejumlah calon Kapolri itu kirimkan Bambang Hendarso, tentunya mereka adalah pejabat terbaik di kepolisian.
“Kompolnas tentu sudah mengirimkan sebagai bahan pertimbangan saya menentukan calon Kapolri. Saya akan pilih salah satu untuk diajukan ke DPR sebagai calon yang tepat,” terangnya.
Pemilihan calon Kapolri ini, dilakukan seperti halnya memilih Kepala Staf di tubuh TNI. “Saya menerima dari Panglima TNI untuk penggantian Kepala Staf saya juga menerima dari TNI, saya akan menempuh cara yang sama untuk penggantian Kapolri untuk menentukan siapa yang paling tepat,” tutupnya. (ndr/fay)
PRESIDEN : TIDAK ADA KEKERABATAN DENGAN CALON KAPOLRI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinan atas isu adanya hubungan kekerabatan antara dirinya dengan salah satu calon kepala Polri dan membantah kebenaran isu tersebut.
“Saya prihatin, beberapa hari ini, dinamika di lingkungan masyarakat tentang rencana penggantian kapolri yang menurut saya tidak tepat. Saya bersyukur saat pencalonan panglima TNI semua hormati proses dan tidak ada manuver apa pun yang timbulkan kesan dan isyarat keliru pada masyarakat,” kata Presiden dalam keterangan pers yang berlangsung di Kantor Presiden Jakarta, Rabu.
Kepala Negara mengatakan pemilihan kepala Polri hendaknya tidak diwarnai dengan pemasangan spanduk, sms maupun unjuk rasa yang mendorong masuk ke ranah politik.
“Saya melihat spanduk, unjuk rasa dan sms yang diluar kepatutan apalagi disertai beredarnya berita tidak benar,” kata Presiden.
Salah satu berita yang tidak benar tersebut, kata Presiden, adalah isu mengenai hubungan kekerabatan dengan salah satu calon kepala Polri.
“Itu tidak benar, salah satu calon kerabat famili atau kerabat saya, tidak ada hubungan apa pun, tidak baik politik seperti ini karena menganggu sistem. Jangan ditarik ke ranah poltik, ini amanah reformasi,” tegas Kepala Negara.
Sementara itu mengenai penyampaian nama calon kepala Polri ke DPR, Presiden mengatakan akan menempuh cara sesuai dengan Undang-Undang sama seperti pencalonan panglima TNI dan jaksa agung.
“Saya tempuh cara seperti itu. Kapolri kirimkan sejumlah nama pejabat yang baik, Kompolnas juga sudah kirimkan nama . Dengan demikian disitulah saya memilih untuk diajukan ke DPR yang saya anggap tepat (menjadi-red) kapolri periode mendatang,” kata Presiden.
Kepala Negara memastikan akan menyampaikan nama calon kapolri kepada DPR awal Oktober mendatang.
Sejumlah nama yang beredar untuk menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Bambang Hendarso Danuri, antara lain Komjen Imam Sudjarwo dan Komjen Nanan Sukarna.
Nanan Unggul di Pasar Taruhan Selisih Tipis suara Timur dan Barat
Presiden akan menyerahkan satu nama calon kapolri ke DPR, hari Minggu ini. Siapa yang dipilih Presiden? Komjen Nanan Soekarna atau Komjen Imam Sudjarwo?
Dua nama ini sudah beredar di masyarakat lebih dari dua pekan. Pasti ada yang harap-harap cemas menanti kepastian. Malah, kata politisi Gerindra Martin Hutabarat, sejumlah orang memanfaatkan waktu menunggu kepastian dengan membuka pasar taruhan. Sayangnya, politisi Komisi Hukum DPR itu tak mau menyebut siapa pelaku taruhan dan berapa besaran angka taruhannya.
Di kalangan wartawan yang ngepos di kepolisian, kabar yang beredar lebih seru lagi. Petaruh ibarat sedang main game. Mereka pasang taruhan dengan uang miliar-miliaran. Pemainnya adalah sejumlah pengusaha, kolega, dan juga pendukung calon kapolri. Tujuan mereka bertaruh, selain untuk kesenangan, juga mungkin punya harapan, jagonya bisa terpilih.
“Kalau jagoannya terpilih, mereka senang karena merasa jadi temannya kapolri,” kata seorang sumber yang tahu aktivitas pertaruhan itu. Dia mengatakan, dana taruhan yang digelontorkan petaruh kemungkinan dikelola bandar tertentu.
Bagaimana peta pasar taruhan? Kata dia, posisi Nanan dan Imam sebenarnya sama-sama kuat dan bagus. Di wilayah timur, banyak yang menjagokan Imam. Tapi, di wilayah barat dan Jakarta, pasar taruhan mengunggulkan Nanan Soekarna. “Setahu saya, Nama Nanan mendapat porsi dukungan suara lebih besar,” ucapnya.
Soal bursa taruhan, Kabidpenum Mabes Polri Kombes Marwoto Soeto tak mau komentar. Dia tidak tahu menahu. Tapi, kalau penggalangan dukungan untuk para calon kapolri, bisa saja ada. Yang jelas, katanya, mereka bukan dari kepolisian.
“Penggalangan dukungan mungkin dilakukan di luar kepolisian. Di internal, kita solid. Siapapun Kapolri nanti, itu pilihan terbaik,” ujarnya. Penggalangan dukungan, kata Marwoto, harus dibaca dengan cermat oleh semua pihak. “Jangan sampai ini dilakukan untuk tujuan tidak baik,” katanya.
Prediksikan Nanan
Pasar taruhan boleh memilih siapa saja. Tapi, bagaimana prediksi di kalangan pengamat politik dan aktivis? Pengamat politik Universitas Paramadina M Ikhsan Tualeka yakin, Nanan akan dipilih Presiden. Alasannya, kelebihan Nanan jauh lebih banyak ketimbang Imam.
“Jika dilihat dari senioritas Nanan menang, dia juga tokoh yang paling bagus dipilih, sudah go public,” ungkapnya. Nanan juga jauh berpengalaman dibandingkan Imam. “Nanan sudah beberapa kali menjabat sebagai Kapolda, sedangkan Imam hanya di Bangka Belitung saja,” kata dia.
Kenapa bukan Imam? kata Ikhsan, Imam terkesan dikarbit Istana. Buktinya, ada penambahan bintang tiga kepada Imam. “Pangkatnya terkesan dipaksakan, nongolnya ke publik juga baru. Jadi kesannya dikarbit. Kalau Nanan kan natural dan tidak karbitan,” katanya.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar Bakry juga menjagokan Nanan. Kata dia, Nanan paling pas jadi Kapolri, dan pasti didukung publik. Lucunya dia menduga, hati kecil SBY sebenarnya ingin Imam. Tapi, SBY paham, reaksi publik akan negatif, sehingga nanti yang dipilih Nanan. Itu pilihan baik kok. Track record Nanan kan bagus,”katanya.
Pengamat Politik Universitas Indonesia Prof Iberamsyah menyatakan potensi untuk jadi Kapolri ada pada Nanan. “Nanan lulusan terbaik Akpol 78, tegas dan berani,” ungkapnya. Di mata Iberam, prestasi Imam belum menonjol, meski pembawanya sangat kalem dan cenderung diam. Sedangkan Nanan adalah peraih Penghargaan Adi Makayasa, saat lulus Akpol. Penghargaan yang sama pernah diterima oleh SBY dan juga anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono, saat lulus Akmil.
Tapi, ada juga pandangan yang agak berbeda. Pengamat politik Universitas Trisakti, Adilsyah Lubis mengatakan, SBY punya kecenderungan memilih Imam Sudjarwo. Kecenderungannya terlihat dari dinaikkannya pangkat Imam menjadi komjen, baru-baru ini.
Pengamat politik LSI Burhanuddin Muhtadi tidak berani menebak, siapa pilihan SBY. Kata dia, hanya Tuhan yang tahu siapa yang akan dipilih SBY. Malah, dia yakin SBY juga saat ini masih bingung memilih satu dari dua nama itu.
Menurut Burhan, dua nama itu punya kelemahan dan kelebihan. Imam, tokoh yang bergelut di Brimob dikhawatirkan punya keterkaitan dengan persoalan HAM. Tapi, kelebihannya bersih karena tidak banyak punya pengalaman wilayah.
Direktur Program Imparsial Al-Araf menilai Nanan punya kelebihan dari segi pengalaman, jaringan dan beberapa kali menempati jabatan strategis.
Selain beberapa Kapolda juga ”posisi Kadivhumas. “ Dia juga cerdas menangapi beragam persoalan di kepolisian,” katanya.
Dia meminta Presiden mempertimbangkan senioritas, meskipun itu bukan syarat mutlak. Sebab, hal itu terkait dengan lingkungan kerja di kepolisian. Untuk mendinginkan pertarungan, Al-Araf setuju dengan usul sejumlah politisi, agar calon ini diduetkan saja. “Yang senior jadi kapolri dan junior jadi wakapolri,” katanya.
Koordinator Kontras, Usman Hamid menilai, secara mendasar Nanan-Imam punya pengalaman dan memenuhi syarat kepangkatan. Kelebihan Nanan, pernah menjabat sebagai kapolda dengan tipe A. “Bukan berarti (saya) pro ke Nanan. (Tapi) realitas dukungan di lingkungan Dewan dan lingkungan Istana sepertinya begitu,” jelasnya. Usman lebih setuju, kalau dua calon ini diduetkan. (Detikcom/Ant/RM/g)