Tiga Tahun, 142 Wartawan Jadi Korban Kekerasan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Tewasnya wartawan saat menjalankan tugas peliputan masih saja terjadi terutama di pelosok Indonesia. Terakhir, Pemimpin Redaksi Tabloid Pelangi, Maluku, Alfrets Mirulewan ditemukan tewas pada Jumat (17/12) lalu. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, menjelaskan Alfrets merupakan wartawan ke 142  yang menjadi korban kekerasan dalam tiga tahun terakhir.

Menurut Haris, data tersebut bersumber dari pantauan berbagai lembaga advokasi seperti Kontras, Lembaga Bantuan Hukum Pers dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). "Sepanjang 3 tahun (2008-2010/hingga pertengahan Agustus) setidak-tidaknya ada 142 wartawan telah memperoleh ancaman kekerasan baik fisik atau non fisik," ungkap Haris saat dihubungi Republika, Sabtu (25/12).

Selain kasus tewasnya Alfretz, Haris mencontohkan terdapat beberapa kasus kekerasan lain yang terjadi seperti tewasnya Ridwan Salamun pada Ahad (22/8) di di Tual Maluku Tenggara dan Ardiansyah Matra’is yang ditemukan terapung di sungai Gudang Arang, Merauke dalam kondisi tidak berbusana pada Jumat(30/7). Menurut Haris, hampir semua kasus kekerasan terhadap wartawan tidak terselesaikan dan hanya berhenti setelah laporan di Kepolisian.

Untuk kasus Alferts, Haris meminta agar pihak Kepolisian secepatnya menuntaskan kasus tersebut. Pasalnya, ujar Haris, terdapat dugaan kekerasan yang sangat jelas. "Dalam hasil pantauan KontraS, disekujur tubuhnya ditemukan luka-luka memar yang sangat patut diduga merupakan luka akibat praktek kekerasan,"tutur Haris.

Haris juga mengingatkan agar penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut harus memperhatikan bukti serta saksi terkait. Menurut Haris, Kontras masih menerima laporan yang menyebutkan saksi-saksi kasus tewasnya Alfretz dalam kondisi terancam, mendapat teror dari preman-preman dan polisi di Maluku Barat Daya.

Red: taufik rachman
Rep: a salaby ichsan