Kontras: Pemerintah Harus Serius Bongkar Kasus Teror

Ketua Badan Pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, mengatakan, pemerintah harus bersungguh-sungguh membongkar kasus teror bom yang membuat keresahanan di masyarakat.

"Pemerintah (kepolisian) harus membongkar siapa pelakunya. Jangan ada lagi diskriminasi untuk membongkar pelaku terornya," kata Haris usai memperingati HUT ke-13 Kontras di Kantor Kontras, Jakarta, Minggu.

Ia pun merasa aneh bahwa munculnya kasus teror bom bertepatan dengan menguaknya isu penyalahgunaan wewenang yang diduga dilakukan Presiden SBY, yang dilansir Wikileaks dalam surat kabar harian Australia beberapa waktu lalu.

Menurutnya, pelaku teror bom tidak memiliki niat untuk menyakiti korbannya, namun hanya ingin menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

"Targetnya tidak hanya kepada mereka pro demokrasi, tapi gereja, dan warteg. Bukan melukai, tapi ingin meresahkan publik. Pesan dari pelaku teror, negara tidak memiliki kemampuan melindungi publik," ucapnya

Haris berharap aparat intelijen yang ada benar-benar sigap untuk mengatasi persoalan teror bom yang seringkali terjadi belakangan ini. "Kalau aparat intelijen bekerja, namun tidak membuahkan hasil, maka ada kesia-siaannya bahwa aparat tidak memberikan perlindungan kepada warganya," ujar Haris.

Sejak teror bom pada Selasa (16/3) di Utan Kayu, rangkaian bom tidak berhenti mengancam Jakarta dan sekitarnya.

Pada Sabtu (19/3), dua teror bom negatif terjadi di Univeritas Muhammadiyah dan Pasar Minggu, sedangkan satu bom berhasi diledakkan Tim Gegana Mabes Polri di rumah mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Pur) Is Sukandar di Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat. (Ant)

Kontras: Pemerintah Harus Serius Bongkar Kasus Teror

Jakarta (ANTARA News) – Ketua Badan Pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Haris Azhar, mengatakan, pemerintah harus bersungguh-sungguh membongkar kasus teror bom yang membuat keresahanan di masyarakat.

"Pemerintah (kepolisian) harus membongkar siapa pelakunya. Jangan ada lagi diskriminasi untuk membongkar pelaku terornya," kata Haris usai memperingati HUT Kontras ke-13 di Kantor Kontras, Jakarta, Minggu.

Ia pun merasa aneh bahwa munculnya kasus teror bom bertepatan dengan menguaknya isu penyalahgunaan wewenang yang dilansir Wikileaks dalam surat kabar harian Australia beberapa waktu lalu.

Menurutnya, pelaku teror bom, tidak memiliki niat untuk menyakiti korbannya, namun hanya ingin menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

"Targetnya tidak hanya kepada mereka pro demokrasi, tapi gereja, dan warteg. Bukan melukai, tapi ingin meresahkan publik. Pesan dari pelaku teror, negara tidak memiliki kemampuan melindungi publik," ucapnya

Haris berharap aparat intelijen yang ada benar-benar sigap untuk mengatasi persoalan teror bom yang seringkali terjadi belakangan ini.

"Kalau aparat intelijen bekerja, namun tidak membuahkan hasil, maka ada kesia-siannya bahwa aparat tidak memberikan perlindungan kepada warganya," ujar Haris.

Sejak teror bom pada Selasa (16/3) di Utan Kayu, rangkaian bom tidak berhenti mengancam Jakarta dan sekitarnya.

Pada Sabtu (19/3), dua teror bom negatif terjadi di Univeritas Muhammadiyah dan Pasar Minggu, sedangkan satu bom berhasi diledakkan Tim Gegana Mabes Polri di rumah mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Pur) Is Sukandar di Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat.(*)