KontraS Sebut Polisi Lamban Usut Geng Motor

Skalanews-Koordinator KontraS, Haris Azhar mengecam tindakan brutalitas sekelompok orang yang menyerang berbagai tempat dengan menggunakan senjata api dan tajam.

Aksi kekerasan tersebut telah menyebabkan dua nyawa melayang.

"Penyerangan ini dilakukan oleh 200-an orang yang mengendarai motor dan mobil. Dari beberapa kesaksian, tercirikan para pelaku memiliki ciri fisik berbadan tegap dan berkepala cepak dan menggunakan pita kuning," katanya melalui pesan BlackBerry di Jakarta, Sabtu (14/4).

Menurut Haris, atas peristiwa tersebut, maka Kapolda Metro Jaya dan jajarannya gagal melindungi warga Jakarta. Selain itu, pihak kepolisian dinilai tidak melakukan kerja penegakan hukum atas praktik kekerasan yang terjadi.

Sebelumnya seperti penganiayaan hingga mengakibatkan meninggalnya kelasi Arifin, di Kemayoran pada hari Ahad 31 Maret 2012 lalu. Lalu pada 7 April, 3 orang remaja dikeroyok oleh sekelompok pria bermotor di SPBU Shell, Jalan Danau Sunter, Kemayoran, Jakarta Utara.

Mereka yang jadi korban adalah bernama Soleh (17), sementara korban luka berat bernama Zaenal (18) dan Reza (19). Keduanya mengalami luka tusuk dan masih dalam perawatan rumah sakit.

Kekerasan juga berlanjut pada 13 April 2012, terhadap Kelasi Sugeng Riadi dari Lembaga Farmasi AL, terkena tembakan di telinga kanan dan Prada Akbar Fidi Aldian dari Yonif Linud 503 Kostrad, tertembak didada hingga tembus, saat ini dirawat di RSPAD.

Sementara itu, masih di waktu yang sama di Jalan Pramuka, seorang warga sipil bernama Anggi Darmawan (19) tewas dianiaya oleh sekitar 200-an anggota geng motor berambut cepak dan berbadan tegap.

Atas berbagai peristiwa itulah, Haris lantas menilai Polda Metro Jaya begitu lamban dalam menangani kasus kekerasan tersebut. Polisi juga, lanjutnya, terkesan berhati-hati untuk mengatakan identitas dari pelaku kekerasan yang berasal dari TNI AL. "Tindakan sepeti itu patut disayangkan," katanya.

Haris karena itu meminta supaya Polisi Metro Jaya harus berani dan lebih profesional dalam melakukan penegakan hukum terutama terhadap tindakan-tindakan brutal dan premanistik.

Kepada DPR, Haris meminta supaya menegur Presiden, Kapolri dan Panglima TNI agar tidak mencampuradukan urusan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan unsur militeristik, dengan cara melibatkan POMAL dalam urusan ini.

"Kami meminta adanya upaya pemulihan yang maksimal, di mana polisi harus menangkap semua pelaku kejahatan yang melukai dan membunuh sejumlah orang dalam beberapa hari terakhir. Jangan hanya bisa menangkap pembunuh anggota TNI AL saja. Akan tetapi harus seimbang," katanya.(Kristian Ginting)