Jaringan Teroris Poso Terorganisir dari Luar Daerah

Belakangan ini Poso kembali bergolak. Aksi teror dan kekerasan yang marak terjadi di daerah itu diduga dilakukan oleh kelompok teroris. Hingga kini aparat kepolisian masih melakukan pengejaran terhadap terduga teroris di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah tersebut.

Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Parsana menyatakan, sejauh ini pihaknya sudah menangkap sembilan terduga teroris, dua di antaranya tewas dalam baku tembak. Dewa menjelaskan, pengejaran dan penangkapan dilakukan untuk menutup ruang gerak serta memutus mata rantai aksi teror dan kekerasan yang marak terjadi di Poso belakangan ini.

"Dari keterangan terduga teroris yang telah ditangkap, polisi sudah mengetahui identitas lainnya. Meski polisi masih kesulitan memastikan berapa jumlah anggota kelompok tersebut," ungkapnya, seperti dilansir Okezone.com, 5/11/2012.

Selain terpencar di berbagai lokasi, mereka juga diduga bersembunyi di Gunung Biru di Dusun Tamanjeka. Untuk menangkap mereka membutuhkan waktu lama. Terlebih, saat ini polisi juga harus fokus mengamankan acara nasional, yakni Festival Danau Poso yang dibuka pada 3 November lalu di Tentena.

Dia mengimbau masyarakat Poso untuk tetap tenang dan memercayakan keamanan dan penegakan hukum kepada polisi.

Dalam pantauan dan catatan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) ada beberapa fakta yang bisa ditarik menjadi kesimpulan dari peristiwa-peristiwa kekerasan dan teror yang kembali muncul.

"Kesimpulan pertama adalah persoalan-persoalan yang menjadi ikutan dari proyek pasca konflik, kedua adalah evolusi jaringan terorisme, dan ketiga adalah persoalan kebijakan penanganan terorisme di Poso," demikian kesimpulan yang dilansir website resmi KontraS, 4/11/2012.

Menurut catatan KontraS, pemerintah belum menemukan pendekatan yang tepat bagi korban konflik di Poso. Korban dan keluarga konflik yang masih merasakan trauma dan dendam belum berhasil dipulihkan melalui program-program pemerintah. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh kelompok teror untuk memanfaatkan situasi tersebut.

"Pemerintah gagal melakukan pendekatan ke masyarakat korban konflik, akibatnya mereka yang kemudian menjadi radikal ini dikelola oleh kelompok-kelompok yang terorganisir dari luar Poso," demikian catatan KontraS.

Saat konflik masih terjadi, menurut KontraS, mereka di bekali latihan militer dan doktrin ajaran yang keras. Bagi mereka, korban konflik yang dendam menganggap dukungan ini mampu mewujudkan keadilan untuk anggota keluarganya yang terbunuh saat konflik. Namun juga beberapa diantaranya terus mengikuti agenda-agenda dari organisasi di mana mereka terhimpun.

Temuan pada kasus penggerebekan terduga teroris di Desa Kalora, Poso Pesisir Utara pada 31 Oktober 2012, seorang yang menjadi target polisi tewas tertembak dan 5 orang lainnya di tangkap. Identitas dari ke-enam orang tersebut menunjukkan kalau mereka bukan warga Poso. hal ini menunjukkan kalau kelompok radikal yang ada di Poso sulit melakukan pengembangan kader/anggota.[Az]