Kesatuan Kolektif akan Hidupkan Munir Kembali

JAKARTA–MICOM: Jeli dalam melihat peluang untuk gerakan aktivis berpadu dengan keberanian yang tidak ada tandingannya.

Begitulah sosok Munir Said Thalib atau lebih dikenal dengan Cak Munir di mata mantan Kordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid.

Munir kini sudah tiada. Tepatnya pada 7 September 2004 atau 7 tahun yang lalu, ia diracun dan terbunuh di atas pesawat yang hendak membawanya ke ‘Negeri Kincir Angin’. Upaya pengungkapan pembunuhan pria kelahiran Malang, Jawa Timur tersebut lewat proses persidangan juga sudah dilalui.

Namun berbagai pihak, terutama kalangan aktivis hak asasi manusia (HAM) tidak puas akan hasil akhir dari proses hukum. Pasalnya, persidangan atas pembunuhan yang terbukti teroganisir tersebut tidak menyentuh aktor utamanya untuk memenuhi rasa keadilan bagi istri dan anak-anak Munir.

"Munir tidak akan bangkit lagi, dan tak ada gunanya juga menunggu Munir baru muncul atau Asmara Nababan baru, Ayi Bunyamin baru, atau Ibu Ade Rostina Sitompul yang baru di kalangan aktivis," ujar Usman kepada Media Indonesia.com, Selasa (6/9) malam.

Untuk itu, Usman mengajak semua pihak yang peduli dengan HAM untuk menyerap kecermatan, kejelian dan keberanian seorang Munir dan para tokoh HAM lainnya.

"Kita sebagai kolektif, sebagai kesatuan itu yang harus menjadi Munir, menjadi Asmara Nababan yang dipadu menjadi satu. Bukan cuma orang per orang, tapi sebagai satu kesatuan kolektif," kata Usman. (*/OL-12)