20 tahun KontraS

Buku ini merupakan narasi mengenai lintasan sejarah KontraS selama duapuluh tahun, terhitung semenjak didirikan pada tahun 1998. Buku ini juga merupakan pengungkapan ingatan bagaimana tumbuh dan berkembangnya KontraS selama dua puluh, terhitung semenjak dibentuk pada 20 Maret 1998. Tanggal pembentukan ini sebenarnya juga tidak dapat dipastikan merujuk pada apa? Apakah memang pada hari itu rapat pembentukan KontraS berlangsung? Ataukah dipilih karena di sekitar tanggal itulah kira-kira rapat pembentukan KontraS berlangsung? Hampir semua narasumber yang ditanyakan mengenai hal ini tidak dapat memastikan perihal penetapan tanggal pembentukan KontraS. Hal ini menujukkan bahwa KontraS memang merupakan lembaga yang dibentuk untuk secara cepat menanggapi berbagai kasus yang terjadi pada saat itu.

Buku ini bersandarkan pada ingatan orang-orang yang pernah dan masih terlibat di dalam KontraS, serta penyintas dan keluarga korban. Buku ini bertujuan melihat lintasan sejarah duapuluh tahun KontraS berdasarkan kacamata KontraS sendiri. Penyusunan buku ini menggunakan pendekatan pengumpulan informasi secara lisan terhadap narasumber yang terlibat dalam aktivitas KontraS. Pendekatan seperti ini memang memiliki kelemahan, yakni subyektivitas yang mendominasi seluruh struktur deskripsi dan argumen yang disajikan di dalamnya, di mana bias individu dalam melihat suatu persoalan dapat sangat kental mewarnai model penulisan seperti ini. Namun, dengan pendekatan ini dapat mengungkap bukti-bukti baru yang selama ini tidak ditampilkan dalam sumber- sumber tulisan, serta mengangkat hal-hal atau suara-suara yang sebelumnya diabaikan (Thompson, 2000: 8-9).

Pendekatan ini penting untuk melihat bagaimana kejahatan negara berlangsung melalui suara-suara orang (korban) yang terlibat di dalamnya. Informasi yang tidak tersedia dalam dokumen-dokumen resmi negara, atau pun media massa, dapat diungkapkan dengan pendekatan ini. Terlebih bentuk-bentuk kejahatan yang sengaja ditutupi atau disangkal oleh negara dan berisiko untuk diungkap oleh media-media massa. Memilih model penulisan bersandarkan narasi orang-orang yang melihat dirinya sendiri merupakan upaya untuk menggali dan merekonstruksi bagaimana KontraS dan seluruh dinamika perkembangannya, berdasarkan mereka-mereka yang terlibat di dalamnya. Menguak ingatan akan diri, begitulah gambaran umum mengenai buku ini.

Apa yang disajikan di dalam buku ini adalah tema-tema yang dianggap penting untuk dikemukakan, yang dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa tema-tema tersebut bisa mewakili gambaran umum pergulatan para aktivis KontraS selama duapuluh tahun. Buku ini, tentu saja, belum bisa menggambarkan wajah KontraS secara utuh, namun cukup untuk melihat gambaran seperti apa KontraS menurut pandangan KontraS.

Buku ini adalah rekaman kerja-kerja KontraS dalam upaya memperjuangkan pemenuhan keadilan bagi korban-korban pelanggaran hak asasi manusia yang terserak di seluruh Indonesia. Kerja-kerja KontraS yang dilandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia, demokrasi, dan kesetaraan jender, merupakan upaya untuk menggapai keadilan, yang masih terkoyak di sana-sini. Keadilan yang diperjuangkan KontraS bersama para korban, keluarga korban dan seluruh unsur-unsur di dalam masyarakat Indonesia yang menginginkan keadilan terwujud.

Buku ini merupakan bagian awal dari rencana menyusun sebuah buku yang lebih besar dan luas cakupannya, yang bisa mendeskirpsikan KontraS lebih utuh dari pandangan mereka-mereka yang pernah terlibat atau bergelut dalam perjuangan KontraS. Ide awal penulisan buku ini datang dari Haris Azhar, Koordinator Badan Pekerja KontraS 2010- 2016, yang merasa perlu untuk menggali kembali ingatan KontraS akan dirinya sendiri, sebagai bagian dari upaya untuk merawat ingatan, bukan saja mereka yang pernah dan masih terlibat aktif dalam kerja-kerja KontraS, melainkan juga publik secara umum. Buku ini adalah upaya KontraS menuliskan dirinya sendiri.

Dalam penulisan buku ini banyak sekali pihak yang memberikan sumbangan informasi, gagasan, tulisan, dokumen, bahan bacaan, audio-visual, dan lain sebagainya. Di antara banyak sekali pihak tersebut, beberapa di antaranya mesti disebutkan sebagai bentuk ucapan terima kasih: Haris Azhar, M. M. Billah, Suciwati, Ibu Sumarsih, Bapak Sumargiyanto, Usman Hamid, Ori Rahman, Sri Suparyati, Daniel Hutagalung, Amiruddin Al Rahab, Robertus Robet, Mouvty Makarim, Mugiyanto, Ikravany Hilman, Irianto Subiakto, Indra Listiantara Putra, Adrian Budisentosa, Indria Fernida, Yati Andriyani, Bustami Arifin, Ananto Setiawan, Ezky Suyanto, Asep Hunaifi Mas’oed, Tyson Tirta, dan lain-lainnya.

klik disini untuk melihat buku selengkapnya