Harus ada investigasi independen terkait kematian warga sipil dan aparat keamanan di Deiyai

Merespon konferensi pers yang dilakukan oleh Menkopolhukam Wiranto terkait Papua hari ini, tiga lembaga hak asasi manusia langsung memberikan tanggapan bersama:

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan:

“Apa yang dilakukan oleh Menkopolhukam yang baru saja kita simak bersama lewat konferensi pers siang ini adalah langkah yang baik untuk mendinginkan suasana di Papua dan Papua Barat. Namun sangat disayangkan pada kesempatan tersebut Menkopolhukam gagal menjelaskan kepada publik informasi terkait peristiwa berdarah yang terjadi di Deiyai pada tanggal 28 Agustus 2019 yang masih simpang siur sampai pada hari ini. Terdapat perbedaan data antara kepolisian dan laporan yang kami terima dari masyarakat sipil di Papua terkait jumlah korban jatuh pada saat peristiwa di Deiyai.

Sedangkan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati mengatakan:

“Peristiwa di Deiyai adalah kejadian yang memakan korban jiwa baik dari masyarakat maupun aparat namun hilang dalam pembahasan konferensi pers yang dilakukan oleh Wiranto setelah bertemu dengan tokoh-tokoh yang berasal dari Papua. Pemutusan akses internet di Papua dan Papua Barat mempersulit masyarakat untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai apa yang terjadi di Deiyai dan kejadian lainnya di Papua. Pemblokiran internet untuk mobile cellular di Papua segera dihentikan agar masyarakat bisa bertukar informasi terkait apa yang sebenarnya terjadi di Papua.”

Sementara itu Kordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Yati Andriyani mengatakan:

“Publik mengharapkan adanya akuntabilitas dari kejadian yang terjadi di Deiyai. Jajaran Kepolisian harus mengambil langkah proaktif untuk melakukan investigasi terkait kematian warga sipil dan aparat di Deiyai serta mengumumkan hasilnya ke publik. Keluarga korban meninggal berhak mendapatkan keadilan atas kematian anggota keluarganya dan memastikan pelakunya dibawah ke muka hukum. Kami juga meminta kepada Komnas HAM untuk proaktif melakukan investigasi menyeluruh terkait apa yang terjadi di Papua dalam kurun waktu kurang waktu dua minggu terakhir.”

Amnesty Internarional, YLBHI, dan KontraS menegaskan bahwa “Aparat keamanan harus memberikan akses yang independen terhadap media maupun organisasi-organisasi yang ingin melakukan dokumentasi terkait peristiwa berdarah di Deiyai. Semakin banyak pihak yang melakukan dokumentasi terkait insiden tersebut sangat berguna untuk mendorong adanya akuntabilitas terkait apa yang terjadi di Deiyai.

Narahubung: Haeril Halim 0811-8820-055

Agustus 30, 2019

Amnesty International, YLBHI dan KontraS

Harus ada investigasi […]
Agustus 30, 2019

“Rakyat Dukung KPK”, Jokowi Coret Capim KPK Bermasalah

Sudah lebih 16 […]
Agustus 30, 2019

Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional; “21 Tahun, Lalu Apa? Mereka Masih Hilang!”

Press Release Hari […]
Agustus 29, 2019

MAKSUD BAIK ANDA UNTUK SIAPA?

Komisi Pemberantasan Korupsi […]
Agustus 26, 2019

Rancangan KUHP: Berbau Kolonial, Minim Perlindungan Rakyat! Pengesahannya tidak boleh dipaksakan!

Aliansi Nasional Reformasi […]
Agustus 23, 2019

Pansel KPK Tak Dengarkan Suara Masyarakat, Presiden Harus Evaluasi Pansel KPK

Masa depan pemberantasan […]
Agustus 22, 2019

Pelambatan Akses Internet di Papua Tidak Tepat

Komisi untuk Orang […]
Agustus 20, 2019

Pernyataan Solidaritas Bersama: Hentikan Rasisme, Diskriminasi dan Kekerasan pada Rakyat Papua

Jakarta-Peristiwa di Surabaya, […]
Agustus 20, 2019

Update Death Penalty Log 2010 KontraS

download link
Agustus 20, 2019

Facts and Infelicities The Second Batch of Death Penalty Execution

download link